Dalam patung " Pemain Seruling ", 1995 ini Amrus Natalsya menghadirkan sosok beraura arkhaik. Ciri ekspresi demikian sebenarnya terbangun dari sumber pengalamannya mengamati patung-patung tradisional Batak di tanah kelahirannya. Figur pemain seruling ini gestur tubuhnya masih mengikuti bentuk asli dari kayu nangka tunggal, sehingga mendukung kekakuan karakter seni primitif. Demikian kekekaan dan kekakuan gerak tangannya seiramadengan karakter keseluruhan sosok patung. Elemen lain yang mendukung adalah monokromatik coklat tembaga dengan eksentuasi warna vermilion pada ornamen geometrik pakaian, tutup kepala, dan serulingnya.Sebagai pematung Amrus dikenal sangat kuat dengan medium kayu yang tetap mempertahankan karakter aslinya. Ia juga telah dikenal sejak tahun 1955 dengan patungnya yang monumental berjudul " Orang-orang yang Tersita Haknya pada Senjakala ". Patung ekspretif dengan sisa patahan di seluruh tubuh figur-figur itu telah memakai deformasi untuk mempertegas ungkapan penderitaan. Dalam rentang waktu yang panjang, ternyata Amrus masih mempertahankan cara berekspresi yang demikian. Seperti pada patung " Pemain Serulng " ini. Deformasi pada tubuh pemain seruling itu juga mendukung dan mempertajam ekspresi figur pada ekspresi figur pada kekosongan yang dalam. Dengan berbagai ciri tersebut pada masa sekarang Amrus lebih banyak memperluas temannya. Dari bersifat mitilogis seperti patung " Perahu Nenek Moyang ", sampai pada masalah-masalah aktual, seperti penderitaan figur dalam patung " Bosnia ".Disamping itu Amrus juga terus menggali struktur kerumitan perkampungan Pecinan untuk diwujudkan sebagai patung-patung kontemporer dengan ekspresi yang tetap arkhaaik. Patung-patung Amrus sebenarnya merupakan simbol perjuangan manusia.