Karya instalasi “Belajar Antre Kepada Semut” (1996) ini memberi gambaran secara ironis, bagaimana makhluk-makhluk singa yang perkasa harus belajar pada semut untuk antre. Dalam konfigurasi bentukbentuk singa yang berjajar dengan televisi video di depannya, tersaji suasana yang absurd. Demikian juga karakter yang ditampilkan dari patung-patung singa yang terbuat dari anyaman dengan muka seperti topeng, dan rambutnya yang gimbal terurai, memberi citra yang kuat sebagai sosok-sosok anarkis dari dunia tradisional yang belum maju. Hal itu sangat kontras dengan televisi video yang masing-masing di depan singa, yang memberi kesan modern dan teknologis. Terlebih dalam video itu ditampilkan gambaran semut-semut yang sudah lebih berperadaban, karena mempunyai disiplin antre yang ketat.Karya instalasi ini membuka wacana tentang perbenturan nilai-nilai tradisi dan modern. Karya ini juga memberi makna simbolis tentang bagaimana penguasa yang keras dan bersikap anarkis harus bisa belajar pada rakyat kecil yang lemah tetapi disiplinnya kuat. Krisna Murti merupakan salah satu perupa kontemporer Indonesia yang sangat dinamis dalam penjelajahan kreativitasnya lewat new media art.