Tiga panel dalam lukisan ini, masing-masing menggambarkan torehanbesar garis vertikal dengan inti warna hitam dan nuansa merah kuning dibagian tepinya. Tiga garis vertikal itu menjadi objek dominan yang merepresentasikan bentuk-bentuk tonggak, dengan sewaktu karakter yang menunjukan benda hangus terbakar. Pada bagian dasar tonggak-tonggak, digoreskan bidang-bidang yang menggambarkan suatu dataran. Latar belakang yang berupa putih kosong mengungkapkan suasana keheningan.Dalam judul " Serenade Merah Hitam ", karya ini ingin menggambarkan suatu tema romantik ungkapan nyanyian kekasih, tetapi dalam nada merah hitam yang kuat sekaligus menyedihkan. Dalam lukisan abstrak ini, karya Sunaryo sebenarnya berasal dari konsep besar tentang kebesaran alam dan nilai kefanaan yang melekat pada kehidupan ini. Dalam konteks perkembangan seni rupa modern Bandung, eksplorasi pada bentuk-bentuk abtraksi dan abstrak murni yang bersumber pada konsep-konsep tersebut memang sangat intensif dikembangkan. Hal itu bisa dilihat dalam idiom-idiom visual yang dipakai pelukis-pelukis senior seperti Ahmad Sadali, A.D Pirous, Umi Dahlan, dan Srihadi Sudarsono.Karya ini secara simbolis menggungkapkan tentang kekuatan dan kefanaan sebagai nilai-nilai kehidupan yang universal. Dilain pihak juga menggungkapkan nilai-nilai romantik dari tonggak-tongak yang terbakar, sebagaimana telah diungkapkan lewat judulnya yaitu " Serenade Merah Hitam ". Hal itu merupakan sebuah ekspresi personal, bagaimana manusia harus mengalami kesedihan setiap kali bertemu dengan kefanaan.