Dalam lukisan " Balinese Offering " ( 1981 ), Nyoman Gunarsa mengungkapkan abstraksi bentuk-bentuk sesaji dalam berbagai ritual kehidupanmasyarakat Hindu Bali. Bentuk-bentuk sesaji yang sangat beragam dengan berbagai macam bahan, bentuk, warna dan fungsi itu diolah dalam abstraksi bentuk-bentuk yang berpola geometris dan variasi garis-garis yang ekspretif. Sebagaimana karyanya yang lain dalam periode offering, lukisan Nyoman ini menampilkan warna-warna kontras dalam nuansa putih pastel, sehingga berkarakter arkhaik. Ekspresi demikian menjadi lebih kuat karena didukung oleh pigura-pigura yang lebar dan penuh ukiran, serta warna putih kapur yang terkesan antik.Karya-karya Nyoman Gunarsa juga merefleksikan seni lukis Indonesia yang sedang berkembang dalam gaya abstrak. Kecenderungan tersebut secara umum berada dalam semangat modernisasi kebudayaan dan paradigma estetik yang menekankan pada universalisme, serta kebebasan individual. Namun demikian dalam periode ini seniman juga tetap menggunakan sumber-sumber tradisi yang menjadi akar budaya mereka. Paradigma semacam itulah yang sering menjadi model seni modern di negara-negara non Barat.Walaupun dalam bentuk abstraksi, namun lukisan ini dilahirkan dalam proses penghayatan yang pekat dengan pengalaman budaya Hindu Bali. Dengan demikian ungkapan itu, bukan sekedar explorasi bentuk-bentuk sesaji yang terlihat eksotis. Karya ini secara simbolis juga merupakan representasi sikap religius, yaitu dengan terus menggali esensi bentuk atribut-atribut sakral keagamaan yang mendekatkan dengan Sang Pencipta.