Painting

Pertemuan (1947)

Karya lukisan berjudul “Pertemuan” (1947) ini, isinya dapat ditafsirkan dengan berbagai interpretasi. Hal itu karena secara tekstual objek-objeknya mengandung potensi naratif yang multiinterpretatif. Laki-laki dan perempuan duduk di depan ranjang. Laki-lakinya masih berpakain lengkap dengan jas dan pecis, sementara kebaya wanitanya terbuka, sehingga BH-nya terlihat. Gestur tubuh kedua orang itu bisa mengisyaratkan komunikasi yang berisi keintiman, bisa juga konflik, sekaligus humor. Setting ini bisa terjadi dalam kehidupan rumah tangga, dalam hubungan percintaan di luar rumah, atau bahkan dari indikator visualnya bisa mengarah pada potret sebuah bordil di tahun 1940-an. Namun lebih dari itu, lukisan dengan pengolahan figurfigur naif, warna cerah, dan garisnya yang linier ini, dapat memberikan komentar kehidupan yang tajam, karya-karya Otto Djaja memang bercirikan karakternya yang naif, selalu dapat menangkap jiwa kehidupan masyarakat, dan bingkai dalam warna humor yang satiris, Tema-tema lain yang digarap juga banyak berisi sindiran tentang kemunafikan lingkungan sosial.Tema-tema demikian bisa dilihat pada karyanya tentang suasana resepsi, suasana pasar kain batik, atau juga pada adegan-adegan praktik perdukunan. Sebagai tekanan untuk menampilkan humor dan satire tersebut, pelukis ini biasanya menggunakan tokoh-tokoh Punokawan dari dunia pewayangan dan legenda-legenda tradisional. Walaupun Otto Djaja mengungkapkan tentang sisi gelap kehidupan manusia, namun karena tema itu diolah dengan humor dan warna-warna yang meriah, maka lukisannya selalu menghadirkan suasana yang hangat.

Seniman
Otto Djaja
Medium
Cat Plakat Pada Kertas
Ukuran
88 x 65 cm
Pertemuan thumbnail
© Galeri Nasional Indonesia