Painting

Senja (1987)

“Senja” yang dibuat pada tahun 1987 menggambarkan penggembala itu dengan sepotong bambu di tangan kiri, berdiri pada kerumunan itik-itik sembari memberikan makan. Tampak pada latar belakang matahari menjelang terbenam warna kemerahan seakan memberi salam perpisahan kepada mahluk lain sebelum menyusup masuk keperaduannya. Kemampuan seorang Sudjana Kerton paham betul terhadap orang Indonesia, karena ia menjadi bagian dari apa yang dilukiskannya, dengan kekuatan konstruktif yang digenggamnya: yakni semangat hidup.Dalam lukisan berjudul “Senja” (1987) ini menghadirkan dunia rakyat bawah dalam suatu momen yang unik, yaitu penggembala itik di waktu senja. Dunia itu menjadi unik, karena pelukisnya memiliki sudut pandang yang lain, baik secara visual maupun dalam empati jiwanya. Kerton selalu membuat gerak tubuh rakyat jelata dalam deformasi yang mengekspresikan beban hidup, namun sekaligus mengandung kelucuan (naif). Dilatarbelakangi terbenamnya matahari senja dan itik-itik yang berkelompok dalam formasi diagonal (mengembangkan suasana puitis sekaligus tertekan).Lukisan ini menunjukkan pencapaian periode terakhirnya, setelah ia pulang ke Indonesia dan bermukim di Bandung. Kerton mengikuti kecenderungan abstrak ekspresionisme yang berkembang pada masa itu (ketika bermukim di Amerika dan Eropa), sehingga mencari cara pengungkapan bentuk secara individual yang khas. Ia tidak mencari anatomi bentuk manusia, melainkan berusaha mengungkapkan psikologi kehidupan yang dijalaninya. Psikologi masyarakat jelata dan marjinal, akhirnya paling banyak menyentuh dan mudah menggerakkan impulsi estetik Sudjana Kerton. Karya “Senja” ini merupakan salah satu ungkapan psikologi tentang kejujuran dalam menangkap kehidupan tersebut.

Seniman
Sudjana Kerton
Medium
Cat Minyak Pada Kanvas
Ukuran
125 x 148 cm
Senja thumbnail
© Galeri Nasional Indonesia