Walaupun lebih dikenal sebagai pematung, G. Sidharta juga banyak berkarya dengan medium seni grafis dan seni lukis. Dalam karya grafis ini a menampilkan abstraksi seni hias bangunan Taman Sari Kraton Yogyakarta. Bentuk - bentuk itu tidak lagi dimaknai sebagaimana nilai simbolik aslinya, tetapi hanya diambil esensi dan karakter keindahannya untuk ditampilkan dalam semangat modern. Ukiran seni hias yang diubah dalam susunan bebas, membuat citra relief menjadi bidang datar, dan memakai warna-warna kontras cerah, memberikan citra sebagai idiomvisual seni modern.Dalam seni rupa modern Indonesia, dapat dilihat bagaimana upaya seniman-seniman untuk bergayut dengan akar tradisi. Sejak masa persagi, wacana pencarian seni lukis Indonesia Baru juga berkaitan dengan dipergunakannya elemen-elemen tradisi itu. Demikian juga dengan masalah Orde Lama dan Orde Baru, semangat itu tetap tumbuh dengan dikuatkan dorongan politik kebudayaan pemerintah dalam memelihara kepribadian nasional lewat kesenian. Berbagai elemen tradisi seperti ragam hias, simbol-simbol, dan payung etnis, topeng, wayang, pertunjukan dan ritual tradisional, beserta arsitekturnya sering diungkapkan dengan spirit dan idiom visual modern.Karya G. Sidharta ini, juga memberikan makna yang kuat tentang semangat pencarian kepribadian nasional dalam seni lukis modern. Dalam perjalanan karirnya, ia selalu memperlihatkan pergulatan yang intens dengan pemikiran yang mistis Jawa yang dihadapkan pada jiwa zaman modern. PEnggalian kreatif itu, kelak akan membawanya sebagai seniman kontemporer yang memanfaatkan dan mengkritisi nilai-nilai tradisi itu.